Pengalaman Menerbitkan tulisan dipenerbit Mayor.
Bersama bapak Ukim Komarudin. Penulis buku best seler guru juga manusia.
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat siang semuanya. Guru guru hebat Indonesia
Pada kesempatan ini kita mendapatkan tambahan pengetahuan
dan pengalaman dari bapak Ukim Komarudin.
Mr. Bams memimpin acara dan moderator.
Mr. Bams memimpin acara dan moderator.
Pada sesi ini pemateri membuka kuliah dengan salam serta
ucapan terimaksaih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan untuk berbagi.
Pertama, pak Ukim
berpikir, menulis merupakan ekspresi
pribadi . Oleh karena itu, merasa sangat penting agar memiliki tempat
mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu beliau menemukan
menulis adalah sarana yang tepat buat saya. tak pernah merasa khawatir, terkait dengan
kualitas tulisan . beliau juga tidak perduli
dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya
menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya
merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal
itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang.
Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Selain menulis apa adanya, beliau pun menulis apa saja.
Karena guru, menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan
berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis
buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik
orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman
berkomentar bahwa tulisan saya bagus. Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata
mereka juga, tulisan saya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga
yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada
juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan saya dapat dijadikan ceramah atau
kultum, dsb.
Karena komentar tersebut, pak ukim mencoba membukukan tulisan-tulisan
nya yang selama ini merekam semua kejadian karena memang senang membuat buku
harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan
merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas"
yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu,
dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang
Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang
berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga
bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
waktu itu, beliau yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.
waktu itu, beliau yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.
Mr. Bams dan teman-teman yang kreatif,
Saya diinterview terkait dua bagian buku.
Pertama, buku bersama
yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi saya,
"Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah saya
banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
beliau banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang
tadinya tidak dipikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat nya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis pribadi. Umpamanya, "Apakah
ketika saya menulis buku"menghimpun
yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau
sudah ada, apakah buku saya punya nilai
tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar,
"Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)?
dst.
Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika
beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati
orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor.
sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau
sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya punya potensi atau "layak" untuk
diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang harus dipoles di sana
sini.
Jika nanti naskah itu
bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami
banyak hal. Ada bagian gambar sampul,
ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya
merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu teman
saya meyakinkan saya.
Oleh-oleh itulah yang
menyebabkan pak ukim menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain
hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya
mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang
menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menyangkut buku saya selalu
dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan
terjadi jika saya setuju.
Demikianlah beliau menjelani proses, hingga akhirnya ada
proses sebelum naik cetak, yang sangat
penting dalam proses kreatif , yakni menerima dami atau calon buku yang
sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami
itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama
tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono,
tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, beliau mendapat konfirmasi ketika dapat kabar
bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku . Pertama, saya menerima buku pribadi,
kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak
diperjual belikan. Kedua, saya
diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang
Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat
bodoh dan kurang dapat memberikan masukan yang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang
diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya
baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak pandai memberi
masukan.
Peran saya kemudian
adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak
sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan saya pembicara,
saya berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua,
ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief
Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit.
Demikian Penjelasannya luar biasa dari bapak Ukim Komarudin.
Dilanjutkan pada Sesi Tanya Jawab
Pertanyaan diberikan kode P1 dan seterusnya, lalu Narasumber
memberikan jawaban diaakhiri dengan chat baris terakhir dengan hurur N
P1
Assalamu'alaikum. Saya
Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana kriteria layak atau tidaknya sebuah buku
dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak
untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka
mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap;
(3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak
dibaca); dan diutakan dari hasil
penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak
untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka
mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap;
(3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian
lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
P2
Assalamualaikum Om
Ukim yg budiman, perkenalkan sy Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya
bertanya ttg pengalaman om Ukim dalam tulis menulis:
1. Jeda berapa lama
tulisannya mulai di lirik.
2. Media apa t4
mempublish tulisan om pertama kali.
3. Gimana latar
belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller, dan buku besy seller tsb brp exsemplar laku
dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi)
4. Dari awal mulai om
menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom ukim dalam menulis.
5.saat oom di intervew
sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb.
6.keseharian om ukim
seperti apa kesibukannya.
7.apakah buku karya om
ukim semua diterbitkan di mayor..
8.buku mengumpulkan yg
berserK tsb berapa naskah semu…
Om Syukri yang
kreatif.
1. Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke
lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
2.Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin
pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
3. Buku Guru juga
Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat
itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari
medsos itu.
4. Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak
saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai
menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis.
Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering
dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
5. Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu.
Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan ternyata sering
benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya
laku di pasaran.
6. Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang
berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya
dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya
syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.
Demikian ya. N
P3
Assalamu’alaikum Mr.
Bams
Mau tanya kepada Pak
Ukim Komarudin
Jika menulis di mayor
di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah
kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor,
akan di tawari kerja sama lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni Jombang
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu penerbit saya
sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara.
Saya sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit
karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus.
mungkin sekarang sudah jilid belasan.
Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya.
Pribadi saya kurang bisa kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang
sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi
waktu dan prioritas? N
P4
Saya ,Sri Budi Handayani
dari Gresik mau bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit.
Ibu Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang
itu. Bisa terkuras energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya
menulis untuk diri saya. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya
tak mendapat konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka
menerbitkan dan menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi
amal yangdipakai kebaikan. Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar
jangkauan saya
P5
Pertanyaan pertama
Saya dulu menulis
banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan.Bagaimana cara
mengatasi nya?
Pertanyaan kedua,saya
suka menulis novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yg
sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara
mengatasi nya?
Pertanyaan ketiga,saya
mempunyai asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya
satu kelas.Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis
novel di wattpad dan menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku
bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang,tapi apakah langkah itu sudah
betul?
Pertanyaan ke
empat,karena banyak orang yang membatu saya,apakah mereka disertakan dalam
bagian abstrak/pengenalan penulis,e…
Bapak siapa, ya?Diduga Bapak salah memilih kategori ekspresi
menulis. Bapak,
harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan
Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel.
Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek karen latihan akhirnya bisa
lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas
satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan
ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah,
jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur
kemana-mana.
saya tipe orang yang sering menyembunyikan karaya jika belum
final. Saya orang teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina
puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang
mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis
sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima
lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis,
dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di
pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan
banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Benar, Pak. Membaca yang banyak dan siapa saja yang Bapak
suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri
sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ...
tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh ...N
P6
Nama : makhmud
Asal : gempol pasuruan
Boleh tanya pak ,
1. Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan utk
menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan ,
bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi
penulis .
Pak Makhmud yang berani, Mulailah menulis dengan membaca
buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan
Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca
untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan
seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau
Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya
yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri.N
P7
ass. wr wb. saya hetty setyoningrum dari smpn 1 kaloran
temanggung, jawa tengah...ingin bertanya adakah tips dan trik agar kita bisa
menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan
rasa percaya diri dalam menulis(memulainya)? terimakasih. wass.wr.wb
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang pembaca yang baik.
Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi
tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas. Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif)
pasokannya adalah membaca (receptif).
Manulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang
membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik. N
P8
Yulus Roma - Tana
Toraja: Luar biasa pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa
sehari-hari bapak tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana
mengolah bahasa sehari-hari agar renyah dibaca orang? Terima kasih.
Yulus yang baik, pada akhirnya kita akan menjadi diri kita
sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulus akan menemukan warna, tipe, dan
kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman Yulus memuji tulisan Yulus,
maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan
itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak terjatuh di jalanan, ada seorang teman
yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya,
"kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah
hapal itu Gaya Yulus."
Demikian sesi kuliah kali ini diakhiri oleh penanya ke 8
untuk sisa pertannyaan akan di rangkum kemudian kirim WA atau Email ?
email . ukimlabs@gmail.com.
Tema-teman yang baik. Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia
jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam
menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak
kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan
menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.
(Mohon atas segala kesalahan)
mari menanam kebaikan dgn menulis
ReplyDelete